Minggu, 20 Juli 2008

1. ISLAM 'KAJI'

Inilah titik awal pemberangkatan (atau lebih tepatnya disebut titik nol) seseorang menjadi seorang muslim. Apabila sebelumnya ia beragama Islam hanya karena turunan, atau hanya terbawa lingkungan, maka kini dialah yang memilih sendiri agama Islam sebagai agamanya, dengan sadar, sebagai hasil kontemplasi - mungkin setelah mengalami proses mencari, bertanya, dan terutama setelah mengalami krisis hidup yang nyaris tak tertanggungkan - yang berujung kepasrahan total. Atau mungkin juga karena terjadi keajaiban pencerahan hasil tirakatnya, dan berkat tuah doa para leluhurnya didengar/dikabulkan oleh-NYA. Karenanya, di titik ini ia masuk ke maqam "manusia-manusia yang berpikir".
Sejak saat itu, ia tidak akan bisa menerima begitu saja lagi apa pun yang serba "katanya"; ia mulai punya tafsir yang pas (masuk di akal dan mengena di hati) tentang artian Rukun Islam, Rukun Iman, maupun hadist. Ujung perjalanannya di maqam ini adalah tatkala ia sampai kepada pencerahan iqra, bahwa: 1. Quran bukan hanya kitab suci, ada Quran lain, yang tertulis di alam semesta, dan ada Quran yang tertulis di tubuhnya; ketiganya saling mereferensikan dan saling menguatkan. 2. Adalah tugas dia ke depan untuk "menulis" Quran dirinya sendiri (raportnya), sebagai indikator penilaian ketakwaan dan ketawakallannya kelak di hari akhir penentuan.

2. ISLAM 'HATI'

Ini maqam penempuh perjalanan berikutnya, yaitu kaum "manusia-manusia yang berjiwa tenang". Ada tiga kualitas yang mensyaratinya dan harus utuh sehingga mereka berpredikat itu. Pertama, mereka-mereka yang diberi tahu tanda-tanda yang bisa dirasakan sendiri bagaimana belajar mati sebelum mati. Mereka faham apa artian ina lilahi wa ina ilaihi roji'un dan faham pula bagaimana rumus supaya khusnul khatimah. Kedua, mereka-mereka yang sudah menjadi manusia berjiwa merdeka, artinya sudah merasa bisa lepas dari kungkungan rasa penganut sekte ini, aliran hikmah itu, dan sudah melampaui aturan kepatuhan perguruan tarekat ini itu. Hanya ada satu keyakinan mereka, yaitu: syariat, tarikat, hakikat, makrifat, harus menjadi satu kesatuan ibadah yang utuh dan konsisten. Ketiga, mereka-mereka yang ...... (underconstruction)

3. ISLAM 'HAKIKI'

Ini maqam berikutnya, yaitu "manusia-manusia yang beriman dan beramal saleh". Setiap penempuh jalan pada tataran ini tahu bahwa isra mi'raj adalah keniscayaan, dan bukan untuk Nabi Muhammad SAW saja, asal tahu caranya dan cukup bekalnya. Kuncinya adalah, pertama, semangat melayani (Tuhan, alam, masyarakat, keluarga, diri). Tidak ada bekal lain yang bisa menggantikan energi melayani itu untuk bekal naik ke langit. Kedua, profesional di bidangnya masing-masing, apa pun profesi yang dipilihnya. Menjadi profesional adalah bukti sang penempuh jalan sadar posisi (positioning) karena Allah sekaligus bukti bisa melayani dengan sebaik-baiknya demi Allah, bukan demi perut, amatiran, apalagi asal-asalan.

4. ISLAM 'WALI'

Ini maqam bagi mereka-mereka yang disebut "manusia pilihan". Tiap kaum mungkin hanya satu, begitu pula hanya segelintir untuk tiap zaman. Kalau ada tiga kategori manusia (yaitu yang belum tentu selamat; yang selamat; dan yang mampu menyelamatkan), maka mereka termasuk kategori yang mampu menyelamatkan. Doanya makbul. Tanda-tandanya? Untuk menyelamatkan umat dari kemiskinan, kebodohan, mereka tidak memaksakan Jalan Islam yang ke-arab-arab-an. Justru mereka yang bekerja cerdas melokalkan keparipurnaan ajaran islam sesuai dengan tingkat kebudayaan umat di manapun sesuai kespesifikan masing-masing lokasi dan masyarakatnya. Merekalah PNA (Pegawai Negeri Allah) yang tugas keilmuannya 'glocalization' (mengglobalkan yang lokal, melokalkan yang global) ajaran Islam secara utuh, tuntunan agama tapi pasti mudah dicerna umat apa pun tingkat kecerdasannya, Islam yang damai dan membawa rahmat bagi seluruhnya.

5. ISLAM 'ENERGI'

Inilah maqam "manusia cahaya".
Manusia pilihan yang akan memimpin kebangkitan umat Islam, dari keterpurukan menjadi zaman keemasan, zaman peradaban luhur yang islami di muka bumi.